Hati dan Logika di 30 Maret 2014



Hai selamat malam kamu.
Sampai detik ini aku belum bisa memejamkan mataku. Alhamdulillah aku masih mendapat banyak doa yang mengalir kedalam hariku ini dengan seiring bertambahnya usia. Hingga saat ini aku sengaja menghabiskan waktu menuju pergantian umur dikota orang. Aku sengaja pergi dari kota itu karena aku fikir akan terasa sakit ketika mengingat kembali kenangan indah kita dimasalalu. Ingatkah kau? Begitu banyak cerita yang kita rangkai disini. Berdua didalam kehidupan nyataku.
Sungguh, aku merindukan semua hal indah itu. Namun tiba-tiba kenangan pahit itu datang. Aku seakan dikelilingi masalalu yang kelam dengan kenyataan bahwa kau pergi meninggalkanku. Ya...meninggalkan kita lebih tepatnya. Semuanya begitu terasa sepi saat kudapati segala kenyataan tentang kita. Bahwa kita sudah tak lagi bersama.
Teringat pula aku pada semua janji yang telah kita buat. Dimana kau akan berada disini saat aku berganti usia dan ternyata tidak. Dimana kita akan membuat sebuah lingkaran lilin-lilin kecil yang nantinya akan menimbulkan kehangatan dan ternyata tidak. Dan masih banyak lagi janji yang ternyata tidak itu yang berputar dibenakku.
Bukan hanya janjimu saja, aku juga mempunyai janji pada kita yang dulu satu. Dimana aku hanya berjanji satu yaitu aku kan terus bertahan memperjuangkanmu hingga aku menyerah dengan keadaan. Dan tahukah kau? Aku mampu. Aku mampu melakukannya hingga saat ini. Hingga malam dimana kau berjanji akan menemaniku. Tak dapat kupungkiri bahwa kenyataannya aku belum mampu melepaskanmu. Bagiku terlalu pedih jika semua itu dihapuskan begitu saja dari memori otak, terlebih lagi kenangan kita. Mencintaimu benar-benar membuatku gila hingga aku lupa bahwa semakin aku mempertahankan perasaan ini maka semakin dalam pula luka yang membekas. Aku lupa bahwa aku juga mempunyai diri yang perlu dibahagiakan walaupun tanpa kamu.
Jatuh cinta kepadamu itu membuatku sadar bahwa terkadang otak tak dapat berkutik saat hati sudah memilih. Seperti hatiku yang sudah memilih untuk tetap disini, tersakiti dengan setiap kenangan yang berusaha membunuhku. Tak henti-hentinya aku meyakinkan otakku untuk membuang jauh-jauh kenyataan bahwa kau sering menyakitiku. Semua sudah terbukti, hatiku yang menang. Aku masih bertahan dengan sakitku ini, berharap kau datang sebagai penyembuh lukaku.
Satu jam lagi tanggal 30 untuk umurku yang ke-17 akan lewat. Seluruh penduduk bumi telah mengalirkan doanya melalui alam. Namun, kau tetap acuhkanku yang menunggumu hingga sudut malam ini. Handphone itu sengaja kuletakkan disamping bantalku agar nantinya aku tak terlambat membalas pesanmu, semakin sering kutengok semakin kuat pula firasat ini bahwa penantianku akan sia-sia. Kau jelas tak mungkin memiliki waktu untuk sekedar mengirim pesan singkat dihari ulangtahunku. Tapi, tiada yang tahu apa yang ada didalam hati seseorang, itulah sebabnya seorang sepertiku berani berharap bahwa nanti diakhir hari kau akan menjadi yang terakhir. Ya... bukan hanya sebagai pemberi ucapan selamat ulangtahun, namun kau akan menjadi pemeran utama yang terakhir dari segala kisah panjang yang kumiliki.

Komentar

Postingan Populer