Percayalah
Selamat datang kembali duhai
engkau yang selama ini telah berhasil kututup rapat-rapat. Terimakasih telah
merobohkan benteng pertahananku, dan selamat atas kemenanganmu diatas
kegagalanku yang cukup lama berpura-pura tak mencintaimu.
Aku benci kau yang dengan
segala kesadaranmu mencariku beberapa waktu lalu. Tak tahukah kau berapa banyak
tembok yang telah kubangun demi sebuah proses melupakan? Ku tahu kau pasti tahu
tentang usahaku ini.
Semua terasa sia-sia ketika kaki
itu menuntun langkahmu kembali padaku yang setengah mati belajar untuk tak
memperdulikan apapun tentangmu. Kupikir, aku telah berhasil atas hatiku. Ternyata,aku
salah.. aku tak lebih kuat dari sekedar tatap matamu.
Tak ada yang berubah dari
dirimu. Kau tetap menjadi sosok lelaki yang mampu menenangkanku cukup dengan
guratan senyum diwajah itu. Dan aku tetap menjadi perempuan yang selalu gagal
untuk tak jatuh cinta dengan senyummu.
Rasanya, aku ingin membunuh
waktu yang membiarkan sesak memenuhi dadaku. Degup jantung masih saja menggebu.
Sama seperti saat aku meninggalkanmu menjauh kala itu. Aku tak mampu menutupi
semuanya. Aku masih jatuh cinta padamu.
Dengan segala kekuatan yang
kumiliki, kuberanikan diri untuk menerima kedatanganmu disini dan berharap
hatiku tak bekerja saat itu hingga tak kudapati aku yang jatuh cinta padamu
seperti sebelum-sebelumnya. Walau kutahu, hanya terdapat satu kemungkinan dari
sebuah keberanianku ini, yaitu kegagalan. Ya... Kegagalan untuk melupakanmu dan
untuk kembali berbohong atas hatiku sendiri bahwa aku tak menginginkanmu.
Benar saja, sepertinya alam
mengamini kemungkinan tersebut dan meninggalkan kita berdua dalam lorong waktu
yang sangatlah panjang. Ada aku yang tak ingin jatuh cinta lagi padamu dan ada
kamu yang membiarkanku terbata-bata atas segala perasaanku sendiri. Entah
sampai kapan kau menyiksaku dengan cara-caramu yang dapat membuatku mati
perlahan.
Ketahuilah...
Kembali menghabiskan waktu
bersamamu adalah hal yang selalu kumohonkan pada-Nya, namun jika cara yang
harus ditempuh adalah dengan membiarkanmu menyakiti seseorang diujung sana dan
membutakan diriku akan hal itu, sungguh membuatku merasa menjadi seseorang yang
mencintaimu dengan cara yang amat hina.
Sebab itulah...
Ku mohon, biarkan aku
mencintaimu dengan cara yang benar. Tak perlu kau kejar aku saat kumulai
menjauh dan menikmati senja meski sendirian. Percayalah bahwa aku akan
baik-baik saja melihatmu bahagia dengan perempuanmu itu... Percayalah
Semarang,
4
Mei 2018
Komentar
Posting Komentar