DALAM DIAM YANG MENCINTAIMU


Masih sama dengan tulisanku sebelumnya.
Dan akan selalu sama dengan tulisanku yang mendatang.
Semua tentangmu dan akan terus tentangmu.

Sebelumnya,
Izinkan aku menyampaikan maaf atas segala kelancanganku menuliskan segala tentangmu dalam ceritaku. Maafkan pula keberanianku yang membawa namamu pada setiap sujud sepertiga malamku.

Andai bisa, aku tak ingin merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini. Sebuah perasaan yang seharusnya tak kubiarkan hidup dalam hatiku. Sebuah perasaan yang seharuskan dapat kuhancurkan sebelum ia tumbuh dan menghimpit dadaku. Namun, jika semua sudah seperti ini, apa yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan bodoh sepertiku?

Yang kutahu, ia akan perlahan mati karena perasaannya sendiri.

Dan aku telah siap.
Aku telah siap untuk mati atas apa yang menjadi keberanianku sekarang.
Aku mencintaimu seperti pena dalam puisiku. Biar saja tintaku habis asal kau tetap hidup dalam puisi-puisi alam yang kubuat.

Wahai tuan, rasanya aku terlalu takut untuk tak membersamaimu di waktu yang akan datang. Akankah kau menemukan apa yang selama ini kau cari ? Akankah kau bahagia dengan apa yang kau temukan dikemudian hari ?

Entahlah.....
Doa terbaik slalu kuangkasakan untukmu..

Biar saja ia melambung tinggi di langit malam bersama bintang-bintang. Biar saja ia menyelinap kedalam tidurmu atas lelah seharian. Dan biarkan saja aku tetap menjadi perempuan yang mencintaimu dalam diam.

Semarang,
7 Mei 2018


Komentar

Postingan Populer