Perkenalkan...
Berawal dari kisah
klasik yang kujalani dimasa putih abu-abu. Revolusi kehidupan anak manusia yang
beranjak dewasa. Dengan segala tingkah lakunya yang sangat (tidak) konstan. Mulai
dari mencari tahu tentang kehidupan luar hingga mencoba berkelut diantara
sebuah rasa yang tiada pernah dialami dan didapatkan sebelumnya. Perkenalkan...
dia bernama CIN-TA.
Mengenalnya adalah
suatu keberuntungan bagi ‘ulat kecil’ sepertiku. Entah angin darimana yang
membuaiku hingga terlena dan berani memasuki rasa yang begitu rumit ini. Aku tak
tahu sejak kapan perasaan tertarik padanya ini tumbuh bahkan berkembang pesat
dihati dan fikiranku. Hampir tak pernah kulewatkan sedetikpun bagian dari
hidupku tanpa bayang dari wajahnya itu. Yah.. telah kudapatkan apa yang
kucari selama ini. Keindahan dari pesona manusia selain dari ayah, ibu, dan
adikku. Kumerasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya, ada getaran
yang membuatku seolah meleleh dihadapannya. Bahkan lebih dari itu, aku merasa
bahwa dunia berhenti saat dua pasang mata saling memandang tanpa jeda. Mungkinkah
ini cinta? Atau hanya kekaguman belaka?
Aku menikmati
setiap jengkal nafasku berteman bayang wajah sesosok makhluk Tuhan yang satu
ini. Andaikan dunia tahu apa yang kurasa saat ini, pastilah akan cemburu
baginya. Kuciptakan kehidupan baruku dengan segala harapan. Harapan untuk
benar-benar memiliki dan dimiliki olehnya. Kuukir namanya dalam sebuah langit-langit jiwa dimana
sebelumnya belum pernah terjamah oleh makhluk Tuhan yang lain. Disana
kutuliskan pula doa dan harapan yang selalu mengiringi setiap langkah
kehidupanku. Berharap agar malaikat Tuhan membaca dan menyampaikannya pada Sang
Pencipta Cinta.
Terus mengikuti
arus rasa yang tercipta dijiwa merupakan hal termudah yang dapat kulakukan
untuk sampai dilautan kisah cinta yang sebenarnya. Aku takkan pernah tahu apa
yang akan terjadi setelah ini. Mungkinkah bahagia dan terus berbunga dijiwa? Ataukah
tersakiti dan terus menyisakan luka dalam kehidupan nantinya? Sungguh, ku
takkan mengerti apa yang digariskan Tuhan padaku. Aku takkan pernah tahu apakah
aku akan tenggelam dan mati sebelum sampai di laut lepas dan atau aku akan
selamat hingga menemukan muara dari segala arus rasa cinta dibumi.
Dirinya sungguh
telah membawaku pada sebuah rasa yang terlalu sulit untuk kutinggalkan. Jangankan
untuk meninggalkan dan berpaling dari rasa itu, bahkan untuk kehilangannya
disatu detik nafasku pun aku merasa takkan sanggup. Makhluk Tuhan itu membuatku
sedikit banyak ketergantungan akan kehadirannya yang selalu menjadikanku merasa
tak membutuhkan orang lain lagi dibumi.
Bersamanya aku
tenang. Bersamanya kumerasa keindahan telah menyelimuti problematika dan
mengaburkannya menjadi sebuah kebahagiaan dalam hidup. Sipit matanya seakan menciptakan
kesejukan dalam jiwa dengan kelopak mata yang mampu meneduhkanku dari pancaran
langsung sinar kehidupan. Belum lagi senyumnya yang takjauh beda dari bunga
sakura yang terus berkembang dimusim semi.
Tuhan, jika memang
ini cinta yang Kau taburkan dimuka bumi, izikanku untuk tetap hidup dan
merasakan kedamaian didalamnya tanpa pernah merasa disakiti dan terluka untuk
kesekian kalinya. Tuhan, ada Engkau disetiap jengkal perjalanan dan nafasku
saja sudah membuatku utuh bahkan bahagia. Apalagi jika Kau mengizinkan
makhlukMu ini untuk saling memiliki dan melengkapi? Bukan lagi utuh dan bahagia
melainkan kesempurnaan dalam hidup manusia.
Komentar
Posting Komentar