AKU (tak) MENGERTI
Mempertahankanmu untuk tetap kucintai dan memaafkanmu untuk kesekian kali
merupakan hal terhebat (red: bodoh) yang pernah ku lakukan dalam hidup. Begitu
dalamnyakah rasa sayang yang tercipta untukmu hingga aku rela menyakiti diri
sendiri demi menerima segala maaf dari kesalahan yang sama mu? Jika benar
begitu adanya, Hebat! Sangat hebat! engkau memang manusia terhebat yang pernah
Tuhan ciptakan untuk menguji kesabaranku. Harus kuakui bahwa aku sebenarnya
termasuk dalam golongan manusia dengan kadar keras kepala yang amat tinggi
persentasenya. Dan harus kuakui pula bahwa aku adalah manusia yang selalu
melemah dihadapanmu.
Aku adalah batu karang saat kau tak berada disampingku. Namun tahukan kamu? Aku
akan berubah menjadi coklat yang lumer jika sudah terkena radiasi darimu. Ya…
terlalu rapuh untuk sebuah batu karang yang harusnya akan tetap berdiri walau
diterjang ombak dan disinari matahari secara langsung.
Selalu saja tercipta senyum disaat kau menyakitiku. Aku merasa itu luka
terindah yang ada dalam kehidupan karena Tuhan memberi perantara luka itu
melalui engkau. Aku tak tahu bagaimana jadinya bila perantaranya itu bukan
engkau, melainkan makhluk Tuhan yang lain. Adakah sama dengan luka yang kurasa
saat ini? Yang kubilang bahwa itu luka terindah? Ataukah ini hanya terasa indah
bila kau yang menyakitiku? Ah… siapapun itu bodoh memang.
Mana ada manusia yang mencintai luka sekalipun yang menorehkannya adalah
seseorang yang sangat dicintai dalam hidupnya? Mungkin hanya aku manusia bodoh.
Namun sekali lagi, aku menikmati kebodohan itu. Aku merasa saat bersamamu ‘All
is well’ semuanya terasa baik-baik saja, semuanya terasa mudah dan sempurna.
Tahukah kau jikalau aku merasa tak membutuhkan siapa-siapa lagi didunia ini
disaat kau bersamaku?
Tahukah kau bila sedang bersamamu aku selalu berdoa agar tiada kematian didunia
ini?
Semua ini merupakan misteri yang alam berikan pada setiap insan dunia. Dimana
mereka tanpa tahu kapan akan dipertemukan, kapan akan dipisahkan dan kapan akan
kehilangan. Itulah sebabnya mengapa aku begitu menikmati setiap jengkal luka
yang kau beri. Aku hanya bisa menjadi air yang mengalir mencari samudera dibelahan
bumi tanpa tahu seberapa lama waktu dan jarak yang harus aku tempuh untuk
menemukan jalanku hingga sampai dilaut lepas. Apabila sampai pada akhirnya
nanti kumenemukan laut sebagai tempat terakhirku, akankah aku masih
menyayangimu seperti sekarang ini? Biarlah ini menjadi teka-teki yang takkan
terpecahkan hingga aku kembali ke pelukan-Nya.
Dalem ya..
BalasHapusterimakasih :)
BalasHapus